Di sebuah hutan, hiduplah sekelompok hewan yang hidup berdampingan
satu sama lain. Mereka hidup secara damai dan saling bekerja sama dalam melakukan
pekerjaan. Mereka dipimpin oleh seekor singa yang kuat dan gagah berani. Singa
sebagai “Raja Rimba” berlaku adil kepada seluruh rakyatnya sehingga kehidupan
menjadi sejahtera. Semua hewan di hutanpun sayang kepada singa sebagai raja
yang bijaksana dalam menyelesaikan semua permasalahan mereka. Mereka juga ramah
terhadap hewan lain yang berkunjung tempat mereka. Hewan tersebut seakan-akan
berada di rumah mereka sendiri karena mereka dilayani dengan begitu baik.
Suatu ketika
datanglah seekor jerapah yang datang ke tempat mereka untuk mencari tempat
tinggal. Mereka menyambut jerapah tersebut dengan sangat baik. Jerapah tersebut
mereka bawa ke hadapan sang Raja untuk meminta izin agar dapat tinggal di
hutan. Sang Raja menerimanya dengan lapang dada dan menunjukkan tempat tinggal
untuknya. Hanya satu hal yang diminta oleh sang Raja agar ia bisa hidup
berdampingan dengan hewan lain tanpa ada permusuhan. Jerapah pun merasa senang
karena hewan-hewan tersebut sangat baik kepadanya.
Setelah beberapa
hari, jerapah sudah mulai terbiasa dengan hewan-hewan di hutan tersebut. ia
sering bermain bersama menghabiskan waktunya dengan kancil dan hewan-hewan
lainnya. Dibalik kesenangan jerapah, ternyata ada salah satu hewan yang tidak
suka melihatnya berada di hutan. Kera merasa dirinya terancam karena dia sudah
tidak lagi menjadi pusat perhatian hewan lainnya. Sebelum ada jerapah, kera
sering diminta untuk mengambilkan buah-buahan di pohon yang cukup tinggi dan ia
mendapat hewan lain memujinya. Tetapi setelah jerapah datang, ia yang diminta
untuk mengambilkan buah karena memiliki leher yang panjang. Karena hal tersebut
kera menjadi kesal dan ingin menyingkirkan jerapah dari hutan.
Kera mulai
menyusun rencana untuk menjebak jerapah. Setelah berpikir beberapa lama
akhirnya ia menemukan ide bagaimana agar jerapah diusir dari hutan. Kera
mengambil simpanan buah-buahan untuk persiapan musim gugur dan menyimpannya di
rumah jerapah. Semua hewan dikumpulkan di suatu tempat dan kera mulai memfitnah
jerapah bahwa ia telah mencuri buah. Awalnya semua hewan tidak percaya dengan
apa yang dikatakan oleh kera. Tetapi setelah mereka melihat buah-buahan di
rumah jerapah mereka semua percaya. Tak disangka, jerapah yang selama ini
mereka sayangi seperti keluarga sendiri ternyata mengambil persediaan makanan
untuk musim gugur. “Bukan, bukan aku!” jerapah mencoba menjelaskan kepada
mereka bahwa bukan ia yang melakukannya. Sambil menitikkan air mata, jerapah
dibawa kehadapan sang Raja untuk diberi hukuman. Raja menetapkan hukuman bagi
jerapah agar ia pergi dari hutan tersebut dan tidak boleh kembali lagi. Kera
merasa puas karena rencananya berhasil dengan sempurna dan tidak akan ada yang
mengganggunya lagi.
Setelah beberapa
minggu, musim gugurpun tiba dan daun mulai berjatuhan dari po-honnya. Musim gugur
berlangsung cukup lama sehingga banyak pohon yang kering dan mati karena
kurangan air. Hewan-hewan memilih tetap berada di dalam rumah mereka karena di luar
terasa begitu panas. Untung saja mereka masih memiliki cadangan makanan yang
disimpan selama musim gugur. Namun, jika hal ini terus berlangsung akan
bedampak buruk bagi hutan dan kehidupan mereka.
Sinar matahari
yang begitu panas menembus daun-daun kering dan membakarnya. Api kian membesar
dan melahap apa yang ada disekitarnya. Semua hewan merasa panik melihat
kejadian tersebut dan mencoba menyelamatkan diri dari kobaran api. Api semakin
meluas dan menyebar ke seluruh hutan. Mereka kesulitan mencari jalan keluar
karena pandangan mereka tertutupi oleh kabut asap. “apa yang harus kita
lakukan?” tanya kera kebingungan. Tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan
selain mengharapkan datangnya keajaiban.
Di seberang hutan,
jerapah melihat kepungan asap tebal menyelimuti hutan tempat dulu ia tinggal. Ia
ingat bahwa teman-temannya yang tinggal disitu sedang membutuhkan
pertolongannya. Dengan sigap jerapah langsung pergi menuju ke hutan tersebut
untuk menolong teman-temannya. “Tolong.. tolong kami!!” terdengar teriakan
temannya meminta untuk diselamatkan. Tak peduli terhadap keselamatan dirinya
sendiri, ia menerobos kabut asap dan panasnya api demi menyelamatkan
teman-temannya. Setelah melalui perjuangan yang cukup melelahkan akhirnya
jerapah berjumpa dengan teman-temannya yang sedang kebingungan. mereka merasa
senang sekaligus malu dengan kedatangan jerapah yang mau menolong mereka,
sedangkan mereka sudah mengusirnya dari hutan tersebut. Jerapah sudah
menganggap mereka seperti keluarganya sendiri apapun yang telah mereka lakukan
kepadanya. Tidak menunggu lama, dengan lehernya yang panjang jerapah menembus
kabut asap dan menuntun hewan lain untuk keluar dari hutan.
Akhirnya semua hewan dapat diselamatkan dan mereka
berterima kasih kepada jerapah. Mereka ingin jerapah kembali lagi bersama
mereka dan menjadi keluarga. Sedangkan kera, merasa bersalah karena telah
memfitnah jerapah sampai ia diusir dari hutan. Ia meminta maaf kepada jerapah
dan semua hewan serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Jerapah dengan
senang hati memaafkan kera dan akhirnya mereka menjadi sahabat sejati.
Komentar
Posting Komentar