A.
Pendahuluan
Rene Descartes disebut sebagai bapak filsafat modern yang dikenal
melalui pemikirannya tentang dualisme jiwa dan badan, serta pernyataannya “ cogito
ergo sum” yang artinya saya berpikir, maka saya ada. Filsafat pada abad
pertengahan yang sebelumnya berfokus pada Tuhan, diganti posisinya oleh
Descartes menjadi berpusat pada manusia. Kadang Descartes salah dipahami
sebagai filosof yang mengajak untuk meniggalkan Tuhan untuk kebebasan
berfilsafatnya.
Pada kenyataannya,Tuhan dalam rasionalisme Descartes menjadi hal
yang signifikan sebagai pijakan rasionalismenya. Dengan menafikan Tuhan tidak
mungkin proses rasionalisasi subjek dapat berjalan dengan lancar. Namun, di
sini muncul anyak asumsi tentang Tuhan dalam pemikirannya Descartes. Ada yang
mengatakan bahwa ia berada dalam tekenan Gereja pada masa hegemoni kekuasaan
Gereja. Selai itu ada yang mengatakan bahwa Tuhan yang dimaksud Descartes
adalah deisme bukan teisme.
Untuk memahami Tuhan dalam pemikiran Descartes berupa deisme
ataukah teisme, akandibahas dalam tulisan ini. sebelum masuk ke pemikiran
Tuhannya, akan dibahas mengenai rasionalismenya terlebih dahulu.
B.
Riwayat Hidup Rene Descartes
Rene Descartes adalah seorang filosos yang masyhur pada abad
pertengahan dan diikuti oleh banyak tokoh setelahnya, seperti Baush de Spinoza
(1632-1716) dan Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1716). Ia hidup sezaman
dengan Francis Bacon dan Galileo Galilei. Pemikirannya menjadi pijakan dan
wacana yang menarik perhatian bagi filosof lain, walaupun saat itu ada hegemoni
Gereja.
Descartes lahir
pada tanggal 31 Maret 1596 di La Haye, sebuah kota kecil dekat Tuorine di
bagian selatan Paris. Ayahnya bernama Joachim Descartes, seorang konselor di
Perlemen dan Intelek yang memyediakan pembelajaran yang baik bagi anaknya
sedangkan Ibunya meninggal saat umurnya masih satu tahun. Pada saat umur 8
tahun, ia belajar di the Jesuit college of Henri IV di La Fleche untuk
mempelajari sastra, tata bahasa, sains, dan matematika. Ia melanjutkan studinya
di Politiers untuk belajar perundang-undangan dan hukum sipil selama dua tahun
dan mendapatkan gelar kesarjanaan dibidang hukum. Saaat waktu luang, ia sering
menghabiskan waktunya untuk belajar filsafat, teologi,dan kedokteran.
Selama hidupnya ia
sering membuat tulisan tentang esay-esay filosofis, serta mendalami dunia sains
dan matematika. Pada saat berusia 39 tahun, ia menciptakan geometri Cartesian
yang terdapat kombinasi aljabar dan geomertri. Selain itu, ia juga menulis
beberapa karya penting, di antaranya adalah Meditation on First Philosophy
dan Principles of Phylisophy yang diterjemahkan ke dalam bahasa inggris.
Descartes selama
masa hidupnya sering mengalami sakit-sakitan dan lebih banyak menghabiskan
waktunya di tempat tidur. Ia malas untuk berurusan dengan dokter dan waktu
paginya biasa digunakan untuk merenung. Pada suatu kesempatan ia diminta untuk
menjadi pengajar privat tentang filsafat kepada Ratu Christina di Skotlandia.
Ratu memintanya agar ia mengajar jam 05.00 pagi, sehingga kondisi kesehatannya
semakin menurun dan ia menderita penyakit pneumonia. Descartes akhirnya
meninggal pada usia 54 tahun pada tanggal 11 Februari 1650.
C.
Keraguan sebagai Metode Rasionalisme Descartes
Rasionalisme Descartes pada intinya berusaha untuk menemukan
kepastian sebagai dasar proses berfilsafat yang kokoh. Menurut Descartes,
kepastian tidak dapat di cari melalui metode deduksi seperti para filosof
sebelumnya, ataupun dengan metode lainnya, seperti intuisi. Dengan metode
deduksi, manusia dapat memperoleh kebenaran dari sesuatu di luar manusia yang
berpikir, seperti kebenaran agama dan adat istiadat. Sendangkan dengan metode
intuisi, manusia bisa membenarkan wahyu dan mendeduksikan kebenaran dari wahyu.
Descartes menganggap jika demikan, orang-orang mempercayai Tuhan karena ada
dalam kitab suci, bukan dari pemikirannya sendiri. Padahal, wahyu yang terdapat
dalam kitab suci, menurut Descartes dapat diragukan kebenarannya.
Metode keraguan yang ditawarkan Descartes atau le doute
methodique menemukan cara baru dalam memastikan suatu kebenaran. Ia
mengungkapkan bahwa dalam memperoleh suatu kebenaran, ia tidak memerlukan objek
dari luar dirinya seperti teori pengetahuan, tradisi, maupun agama. Kepastian
atau kebenaran hanya dapat diperoleh dari dalam kesadaran diri manusia, metode
ini disebut sebagai clear and distinct ideas. Metode ini adalah sesuatu
yang baru dalam filsafat dan sekaligus menegakan bahwa sumber kebenaran adalah
rasio. Dengan ini, Descartes disebut sebagai pendiri aliran rasionalisme dan
juga disebut sebagai bapak filsafat modern.
Descartes memulai metodenya, pada awalnya ia meragukan semua yang
ada pada luar dirinya. Semua yang dilihat, disentuh, dan didengar bisa jadi itu
hanya ilusi, ia juga meragukan mengenai doktrin keagamaan, tradisi, bahkan
tubuhnya sendiri ia ragukan kebenarannya. ia yakin bahwa apa yang diperoleh
dari indera hanya sebatas khayalan dari pikirannya. Pada proses inilah,
nantinya Descartes akan mennemukan kebenaran yang sejati dari realitas yang
ada.
Saat Descartes meragukan segala yang ada, ia sadar bahwa ada satu
hal yang eksistenisnya tidak dapat diragukan, yaitu aku yang sedang meragukan
atau berfikir. Untuk menyadari bahwa dirinya ada, tidak diperlukan
indera-indera, pengalaman, atau objek eksternal. Keraguan yang dilakukan oleh
Descartes merupakan keraguan yang metodis, ia meragukan semua yang mungkin
diragukan untuk memeroleh sesuatu yang tidak dapat diragukan.
Pikiran tentang aku yang meragukan atau aku yang berpikir merupakan
ide bawaan ynag ada pada diri manusia. ide bawaan ini diberikan oleh Tuhan
kepada manusia saat ia diciptakan. Diri didefinisikan sebagai “a thing that
thinks”sesuatu yang berpikir. Apa saja yang orang pikirkan bisa jadi itu
suatu khayalan, tetapi ia yang sedang berpikir adalah suatu kepastian. Dari
metode inilah muncul teori yang terkenal cogito egro sum,aku berpikir
maka aku ada.
D.
Tuhan sebagai Ide Bawaan dan Pemberi Ide-ide Bawaan Manusia
ide-ide bawaan atau innate idea merupakan susatu yang sudah melekat
pada diri manusia sejak dilahirkan. Ide tersebut bukan datang dari pengalaman
yang didapatkan ataupun cara yang lainnya, melainkan sudah ada dalamdiri
manusia. Menurut Descartes, ide bawaan merupakan pemberian dari Tuhan yang
diberikan kepada manusia sejak diciptakan. Ide bawaan yang sudah dibahas
sebelumnya adalah tentang aku yang berpikir tau kesadaran diri.
Ide tentang kesadaran diri bahwa ia ada merupakan ide bawaan yang
sudah ada dalam diri manusia. Descartes mennyebut ide bawaan ini dengan istilah
res cogitans. Selain itu, ia memahami bahwa manusia tidak hanya terdiri
dari pikiran saja. Manusia memiliki tubuh yang dapat disentuh, diraba, dan
dilihat, walaupun itu merupakan suatu kesan yang bisa saja menipu. Namun, itu
semua sudah ada sejak manusia dilahirkan dan itu merupakan anugerah dari Tuhan.
Ide bawaan ini disebut sebagai res exstenza atau ide keluasan.
Kedua ide bawaan tersebut tidak mungkin diadakan oleh manusia
sendiri, jika demikian berarti bukan ide bawaan, melainkan ide-ide yang
diciptakan. Descartes juga menyebutkan bahwa kedua ide tersebut harus memiliki
pondasi yang kuat dan tidak dapat tergoyahkan, yaitu ide tentang Tuhan. ia
menyebutkan bahwa Allah merupakan ide bawaan juga.
Dengan ditemukannya ketiga ide bawaan ini, yaitu ide pikiran, ide keluasan, dan ide Tuhan,
Descartes menyimpulkan bahwa ide-ide tersebut bukan hanya sebagai ide bawaan
saja. Apa artinya saya yakin, melalui pikiran bahwa saya ada jika itu semua
hanya sekadar ide? Tentunya ada kenyataan yang berdiri sendiri, yaitu pemikiran
sebagai substansi. Selain itu, Tuhan tidak mungkin menipu manusia tetntang
kejasmanian dan kebendaan, sehingga ia merupakan kenyataan yang berdiri sendiri
sebagai substansi yang kedua. Sama seperti kedua ide bawaan yang lain, maka
jika adaide tentang Tuhan sudah pasti ada esiksistensinya, dan Tuhan juga
merupakan substansi.
Ketiga substansi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan. Hubungan yang terjadi dari ketiga substansi tersebut adalah
hubungan kausal. Tuhan sebagai substansi menjadi pondasi utama adanya kedua
substansi, pikiran dan materi. Pikiran yang ada dalam diri manusia membuatnya
sadar bahwa dia sedang berpikir, dan mendapati realitas ketubuhan serta
kenyataanyang membuatnya sadar bahwa ia ada.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa Descartes tidak menolak
tentang eksistensi Tuhan. Dalil ontologis dari Descartes menyatakan bahwa, jika
ada esssensi tentang Tuhan berarti juga harus ada eksistensinya. Ia
menganalogikan dengan segitiga yang di dalamnya memiliki sudut internal yang
sama dengan dua sudut yang lain. Segitiga tanpa adanya predikat yang membatasi
maka tidak dapat disebut sebagai segitiga, sama halnya dengan Tuhan.
E.
Penutup
Descartes sebagai pelopor aliran rasionalisme, yang terkenal dengan
statemennya, “cogito ergo sum” aku berpikir maka aku ada menemukan metode baru,
yaitu keraguan. Dengan metode ini, Descartes menyadari bahwa sumber kebenaran
adalah dari rasio. Ia berpendapat bahwa dalam diri manusia sudah terdapat
ide-ide bawaan yang diberikan secara langsung oleh Tuhan kepada manusia.
ide-ide bawaan tersebut di antaranya, ide tentang pikiran (res cogitans),
ide tentang keluasan (res extenza), dan ide tentang Tuhan. Ketiga ide
tersebut saling berhubungan dan membentuk kausalitas. Ide bawaan yang ada bukan
hanya sebatas ide, namun ada eksistensinya. Sama seperti ide tentang Tuhan
pasti ada eksistensinya. Konsep Tuhan yang digambarkan oleh Descartes bukanlah
berasal dari luar dirinya, melainkan melalui pencariannya sendiri.
Sumber
data:
Ruswantoro, Alim. 2008. “Tuhan dam Rasionalisme Descartes”. Esensia.
Vol. 9, No. 1 Januari.
Komentar
Posting Komentar